Rabu, 28 Maret 2012


Gudeg Makanan Khas Indonesia Daerah Yogyakarta


            Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sekali keanekaragaman suku, budaya, agama, dan lainnya. Hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki bahasa dan adat istiadat yang bermacam-macam. Dilihat dari keanekaragaman itu, tentunya Indonesia juga memiliki makanan khas yang berasal dari berbagai daerah. Misalnya asinan yang merupakan makanan khas bogor, pempek makanan khas Indonesia yang berasal dari palembang,  dan lain-lain. Pada artikel tulisan ini akan dibahas lebih mendalam mengenai makanan khas Indonesia yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (Jogja) yaitu Gudeg.  
Tentu saja seluruh masyarakat di Indonesia pernah mengenal masakan Gudeg. Gudeg merupakan  makanan khas yang berasal dari Yogyakarta. Bahan utama untuk meracik masakan khas kota Yogyakarta ini adalah gori (nangka muda) yang dipadukan bersama Klendo (rebusan gula kelapa) dan aren (santan kental), dimasak dengan direbus selama 24 jam Selain Gori, ada pula bahan lain untuk membuat Gudeg, yaitu Manggar (pondoh kelapa). Ada pula Gudeg yang dibuat dari Rebung (anakan pohon bambu). Namun kedua bahan tersebut saat ini telah langka dibuat menjadi Gudeg.
Dengan bahan-bahan dasar tersebut maka tidak heran Gudeg memiliki  ciri khas rasa yang manis dan empuk sesuai dengan selera masyarakat daerah jawa pada umumnya. Dalam penyajiannya, Gudeg biasa dihidangkan dengan nasi putih, ayam, telur rebus, tahu atau tempe, dan rebusan kulit sapi segar (sambal goreng krecek).
Gudeg sendiri memiliki dua jenis cara memasak, yaitu jenis Gudeg kering dan Gudeg basah. Gudeg kering hanya memiliki sedikit santan, sedangkan Gudeg basah mencakup lebih banyak susu kelapa atau santan. Pada umumnya memang Gudeg biasa dimasak dengan bentuk Gudeg basah. Namun Gudeg basah tidak mampu bertahan lama jika disimpan. Lain halnya dengan Gudeg kering. Gudeg kering memiliki kelebihan tahan lama, sehingga sering dimanfaatkan sebagai oleh-oleh
Sebagai oleh-oleh, Gudeg juga memiliki pengemasan yang unik, yaitu dengan menggunakan “besek”.  “Besek” merupakan bentuk pengemasan yang terdbuat dari anyaman bambu yang berbentuk segi empat dan dapat digunakan sebagai tempat makanan lain. Selain dengan menggunakan “besek”, Gudeg juga dapat dikemas dengan bentuk unik lainnya dengan menggunakan “kendil”, “kendil” merupakan  wadah yang terbuat dari tanah liat. Pengemasan yang unik tersebut dapat dijumpai pada para penjual gudeg yang telah terkenal di Yogyakarta.
Ada beberapa versi sejarah awal mula terciptanya makanan ini. Beberapa pandangan mengkaitkan Gudeg berawal sebagai makanan dari Kraton Yogyakarta, sementara pandangan lainnya menganggap bahwa Gudeg telah lama ada sejak penyerbuan pertama ke Batavia pada 1726-1728 oleh pasukan Sultan Agung. Saat itu pasukan Sultan Agung sempat mengalami kekalahan yang dikarenakan kelaparan, banyak pasukan yang meninggal akibat kekurangan bekal makanan. Untuk menanggulangi masalah tersebut, pada penyerbuan kedua, pasukan Sultan Agung membuat daerah-daerah logistik, terutama beras, di kawasan Pantura. Sedangkan lauk pauknya adalah apa saja yang bisa dimasak di wilayah logistik tersebut, salah satunya adalah Gudeg, karena Gudeg bisa bertahan lama.
Nama Gudeg sendiri diambil dari kata “Good” dan “Dek”. Sebutan “Dek” merupakan tradisi masyarakat Jawa dalam memanggil wanita yang notabennya lebih kepada Istri. Pada suatu hari ketika sang suami sedang pergi bekerja sang istri bingung ingin memasak apa akhirnya dia teringat resep turun temurun keluarganya yang menggunakan bahan dari nangka muda tersebut.
Akhirnya mulai lah dia memasak. Setibanya sang suami di rumah, karena mungkin sudah sangat lapar sang suami langsung menuju ke meja makan dan makan dengan lahapnya masakan yang dimasakkan istrinya. Selesai menyantap hidangan tersebut, sang suami brkata agak keras "good dek… it's good dek!" dengan ekspresi senang. Sang istri terkejut dan mulai menceritakan ke tetangga dan teman-temannya kalau sang suami senang sekali dimasakkan resep turun temurun itu dan setiap kali selesai makan-makanan itu dia selalu bilang "good dek" dan dari situlah makanan itu mulai disebut Gudeg sebagai metomorfosis dari kata "good dek".
Namun dalam berbagai kesimpulan mengenai sejarah Gudeg dapat disimpulkan bahwa Gudeg adalah makanan Masyarakat jaman dulu karena bahan bakunya yaitu nangka muda mudah untuk ditemukan di pekarangan sekitar rumah warga. Nangka tersebut kemudian diolah dan dikembangkan sehingga menjadi Gudeg makanan khas masyarakat Yogyakarta sampai saat ini.
Makanan khas ini tentu saja berdampak dengan munculnya industri rumahan yang menyajikan oleh-oleh Gudeg khas Yogyakarta. Seperti yang terletak di Wijilan, daerah tersebut merupakan sebuah areal yang terkenal dengan penjual Gudegnya. Karena begitu khas rasanya, Gudeg sudah dikenal di berbagai penjuru kota, bahkan Negara, hingga kota Yogyakarta sendiri mendapatkan julukan Kota Gudeg, Jadi jika anda berkunjung ke Yogyakarta, sempatkanlah untuk menikmati Gudeg sebagai syarat bahwa anda telah mengunjungi kota Yogyakarta.

1 komentar :

  1. Makasih infonya gan, menarik sekali untuk dibaca

    BalasHapus