Gudeg
Makanan Khas Indonesia Daerah Yogyakarta
Negara Indonesia merupakan negara
kepulauan yang memiliki banyak sekali keanekaragaman suku, budaya, agama, dan
lainnya. Hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki bahasa dan adat istiadat
yang bermacam-macam. Dilihat dari keanekaragaman itu, tentunya Indonesia juga
memiliki makanan khas yang berasal dari berbagai daerah. Misalnya asinan yang
merupakan makanan khas bogor, pempek makanan khas Indonesia yang berasal dari
palembang, dan lain-lain. Pada artikel
tulisan ini akan dibahas lebih mendalam mengenai makanan khas Indonesia yang
berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (Jogja) yaitu Gudeg.
Tentu saja seluruh masyarakat di Indonesia pernah mengenal
masakan Gudeg. Gudeg merupakan makanan
khas yang berasal dari Yogyakarta. Bahan utama untuk meracik masakan khas kota
Yogyakarta ini adalah gori (nangka muda) yang dipadukan bersama Klendo (rebusan
gula kelapa) dan aren (santan kental), dimasak dengan direbus selama 24 jam Selain
Gori, ada pula bahan lain untuk membuat Gudeg, yaitu Manggar (pondoh kelapa).
Ada pula Gudeg yang dibuat dari Rebung (anakan pohon bambu). Namun kedua bahan
tersebut saat ini telah langka dibuat menjadi Gudeg.
Dengan bahan-bahan dasar tersebut maka tidak heran Gudeg
memiliki ciri khas rasa yang manis dan
empuk sesuai dengan selera masyarakat daerah jawa pada umumnya. Dalam penyajiannya,
Gudeg biasa dihidangkan dengan nasi putih, ayam, telur rebus, tahu atau tempe,
dan rebusan kulit sapi segar (sambal goreng krecek).
Gudeg sendiri memiliki dua jenis cara memasak, yaitu jenis
Gudeg kering dan Gudeg basah. Gudeg kering hanya memiliki sedikit santan,
sedangkan Gudeg basah mencakup lebih banyak susu kelapa atau santan. Pada
umumnya memang Gudeg biasa dimasak dengan bentuk Gudeg basah. Namun Gudeg basah
tidak mampu bertahan lama jika disimpan. Lain halnya dengan Gudeg kering. Gudeg
kering memiliki kelebihan tahan lama, sehingga sering dimanfaatkan sebagai
oleh-oleh
Sebagai oleh-oleh, Gudeg juga memiliki pengemasan yang unik,
yaitu dengan menggunakan “besek”.
“Besek” merupakan bentuk pengemasan yang terdbuat dari anyaman bambu
yang berbentuk segi empat dan dapat digunakan sebagai tempat makanan lain.
Selain dengan menggunakan “besek”, Gudeg juga dapat dikemas dengan bentuk unik
lainnya dengan menggunakan “kendil”, “kendil” merupakan wadah yang terbuat dari tanah liat.
Pengemasan yang unik tersebut dapat dijumpai pada para penjual gudeg yang telah
terkenal di Yogyakarta.
Ada beberapa versi sejarah awal mula terciptanya makanan
ini. Beberapa pandangan mengkaitkan Gudeg berawal sebagai makanan dari Kraton
Yogyakarta, sementara pandangan lainnya menganggap bahwa Gudeg telah lama ada
sejak penyerbuan pertama ke Batavia pada 1726-1728 oleh pasukan Sultan Agung.
Saat itu pasukan Sultan Agung sempat mengalami
kekalahan yang dikarenakan kelaparan, banyak pasukan yang meninggal akibat
kekurangan bekal makanan. Untuk menanggulangi masalah tersebut, pada penyerbuan
kedua, pasukan Sultan Agung membuat daerah-daerah logistik, terutama beras, di
kawasan Pantura. Sedangkan lauk pauknya adalah apa saja yang bisa dimasak di
wilayah logistik tersebut, salah satunya adalah Gudeg, karena Gudeg bisa
bertahan lama.
Nama Gudeg sendiri diambil dari kata “Good” dan “Dek”. Sebutan
“Dek” merupakan tradisi masyarakat
Jawa dalam memanggil wanita yang notabennya lebih kepada Istri. Pada suatu hari
ketika sang suami sedang pergi bekerja sang istri bingung ingin memasak apa
akhirnya dia teringat resep turun temurun keluarganya yang menggunakan bahan
dari nangka muda tersebut.
Akhirnya
mulai lah dia memasak. Setibanya sang suami di rumah, karena mungkin sudah
sangat lapar sang suami langsung menuju ke meja makan dan makan dengan lahapnya
masakan yang dimasakkan istrinya. Selesai menyantap hidangan tersebut, sang
suami brkata agak keras "good dek…
it's good dek!" dengan ekspresi senang. Sang istri terkejut dan mulai
menceritakan ke tetangga dan teman-temannya kalau sang suami senang sekali
dimasakkan resep turun temurun itu dan setiap kali selesai makan-makanan itu
dia selalu bilang "good dek"
dan dari situlah makanan itu mulai disebut Gudeg sebagai metomorfosis dari kata
"good dek".
Namun dalam berbagai kesimpulan mengenai sejarah Gudeg dapat
disimpulkan bahwa Gudeg adalah makanan Masyarakat jaman dulu karena bahan
bakunya yaitu nangka muda mudah untuk ditemukan di pekarangan sekitar rumah
warga. Nangka tersebut kemudian diolah dan dikembangkan sehingga menjadi Gudeg
makanan khas masyarakat Yogyakarta sampai saat ini.
Makanan khas ini tentu saja berdampak dengan munculnya
industri rumahan yang menyajikan oleh-oleh Gudeg khas Yogyakarta. Seperti yang
terletak di Wijilan, daerah tersebut merupakan sebuah areal yang terkenal
dengan penjual Gudegnya. Karena begitu khas rasanya, Gudeg sudah dikenal di
berbagai penjuru kota, bahkan Negara, hingga kota Yogyakarta sendiri
mendapatkan julukan Kota Gudeg, Jadi jika anda berkunjung ke Yogyakarta,
sempatkanlah untuk menikmati Gudeg sebagai syarat bahwa anda telah mengunjungi
kota Yogyakarta.
Makasih infonya gan, menarik sekali untuk dibaca
BalasHapus